Selasa, 09 Oktober 2012

"SEJARAH MUSIK KERONCONG"

Category: Sejarah musik


Akar keroncong berasal dari sejenis
musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku. Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini. Bentuk awal musik ini disebut moresco, yang diiringi oleh alat musik dawai.
Musik keroncong yang berasal dari Tugu disebut Keroncong Tugu. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah
populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke
Semenanjung Malaya.

Masa keemasan ini berlanjut
hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih
tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat
di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.

Alat-Alat musik yang digunakan
Keroncong Dalam bentuknya yang paling
awal, moresco diiringi oleh musik
dawai, seperti biola, ukulele, serta
selo. Perkusi juga kadang-kadang
dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas
keturunan budak Portugis dari
Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara.
Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti:
- sitar India
- rebab
- suling bambu
- gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan
- gong.
Saat ini, alat musik yang dipakai
dalam orkes keroncong mencakup:
- Ukulele Cuk, berdawai 3 (nilon),
urutan nadanya adalah G, B dan
E;
- Ukulele Cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, Cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);
- Gitar Akustik (Ukulele dan Gitar
menggatikan Sitar);
- Biola (menggantikan Rebab);
- Flute (mengantikan Suling
Bambu);
- Selo;
- Kontra Bass (menggantikan Gong).
Penjaga irama dipegang oleh Ukulele dan Bass. Gitar dan selo mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen. Flute
mengisi hiasan, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong. Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang
menggunakan organ serta synthesizer untuk mengiringi lagu
keroncong.

"Tokoh Keroncong"
Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam membesarkan musik keroncong adalah alm. Gesang. Lelaki asal kota Surakarta (Solo) ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah "Bengawan Solo". Lantaran pengabdiannya itulah, alm. Gesang dijuluki "Buaya Keroncong" oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar musik keroncong.
"Buaya Keroncong"
Asal muasal sebutan "Buaya
Keroncong"
berkisar pada lagu ciptaannya, Bengawan Solo.
Bengawan Solo adalah nama sungai yang berada di wilayah
Surakarta. Seperti diketahui, buaya memiliki habitat di rawa dan sungai. Reptil terbesar itu di
habitatnya nyaris tak terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang ganas. Pengandaian semacam itulah yang mendasari mengapa alm. Gesang disebut sebagai "Buaya Keroncong".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar